NEWSmedia - Pemerintah Indonesia memiliki alasan terkait kesepakatan dengan China untuk menggunakan mata uang Rupiah dan Yuan untuk transaksi internasional. Sejauh ini, pasar valuta asing domestik ketergantungan pada mata uang Dolar AS.
Mulai Senin, 6 September, Indonesia dengan China mulai mengimplementasikan kesepakatan untuk menggunakan Rupiah dan Yuan untuk transaksi internasional.
Dengan begitu, kini transaksi internasional antara Indonesia dan China tidak lagi bergantung pada Dolar AS, melainkan sudah menggunakan mata uang Rupiah dan Yuan.
Baca Juga: Indonesia China Sepakat Pakai Rupiah dan Yuan untuk Transaksi Internasional, Dolar AS Minggir!
Bagi Indonesia dan China, kerjasama transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal kedua negara atau disebut dengan istilah Local Currency Settlement (LCS) itu, dianggap menguntungkan bagi perekonomian masing-masing negara.
“Penggunaan LCS memberikan banyak manfaat langsung kepada pelaku usaha,” tulis Bank Indonesia dalam siaran pers Departemen Komunikasi Bank Indonesia No. No.23/227/DKom yang dirilis melalui laman resmi bi.go.id, Senin, 6 September 2021.
Dijelaskan beberapa keuntungan atau manfaat yang akan dirasakan oleh pelaku usaha jika transaksi antara Indonesia dan China menggunakan mata uang lokal kedua negara tersebut.
Baca Juga: 7 Pose Pesepeda Super Cantik Ini Dijamin Bisa Meningkatkan Imunitas Tubuh
Pertama, biaya konversi transaksi dalam valuta asing yang lebih efisien. Kedua tersedianya alternatif pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
Ketiga tersedianya alternatif instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal, dan keempat diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi luar negeri.
Selain dengan Tiongkok (China), Bank Indonesia juga telah memiliki kerangka kerjasama LCS dengan beberapa negara mitra lainnya, yaitu Jepang, Malaysia, dan Thailand.
Jika kerangka kerjasama LCS antara Indonesia dengan 3 negara tersebut terealisasi, maka transaksi antara Indonesia dengan negara-negara tersebut dalam valuta asing atau perdagangan internasional akan menggunakan mata uang masing-masing.
Baca Juga: Tokoh Pendiri Banten Soroti Sejumlah Proyek Mangkrak, Satu di antaranya Diresmikan Presiden
Selama ini, transaksi internasional antara Indonesia negara-negara tersebut masih memakai ukuran atau ketergantungan pada mata uang Dolar AS.
BI pun menjelaskan bahwa perluasan penggunaan LCS dengan beberapa negara lainnya diharapkan dapat mendukung stabilitas Rupiah melalui dampaknya terhadap pengurangan ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valuta asing domestik.
Artikel Terkait
Dorong Pendalaman Pasar Keuangan Syariah, Ini yang Dilakukan BI
Bank Indonesia Terbitkan Uang NKRI Desain Baru
Gubernur BI: Uang Baru Jangan Dilipat, Diremas dan Dicoret
BI Anggap Wajar Kemiripan Uang Rupiah dengan Negara Lain
Mata Uang Terburuk di Dunia Tahun 2016
BI Banten Kumpulkan Pemuka Agama Luruskan Kontroversi Uang Rupiah Baru
BI Waspadai Risiko Inflasi karena Lebaran
Bank Indonesia: Tak Ada Monopoli Uang Elektronik di Tol
Bank Indonesia Perwakilan Banten Dipimpin Mantan Kepala BI Tokyo
Rupiah Menguat, Bank Indonesia Ingatkan Tekanan The Fed
Kebijakan Suku Bunga BI Makin Tak Jelas
BI: Perang Dagang Tekan Pertumbuhan Ekonomi Global
BI Beberkan 3 PR Pemerintah 5 Tahun Mendatang
New Normal, BI Tak Ubah Proyeksi Ekonomi Nasional
Indonesia China Sepakat Pakai Rupiah dan Yuan untuk Transaksi Internasional, Dolar AS Minggir!