Apa Itu Rebo Wekasan di Bulan Safar? Simak Penjelasan dan Pandangan Islam Soal Ini

- Rabu, 6 Oktober 2021 | 09:50 WIB
Ilustrasi Tradisi Rabu Wekasan di suatu daerah
Ilustrasi Tradisi Rabu Wekasan di suatu daerah

NEWSmediarabu wekasan atau yang juga kita kenal sebagai rabu terakhir di Bulan Safar, jatuh pada hari ini rabu, 6 Oktober 2021. Tepatnya pada tanggal 28 Safar 1442 Hijriah.

Masyarakat meyakini bahwa hari ini adalah hari dimana bala banyak diturunkan. rabu wekasan adalah Rabu yang terakhir di Bulan Safar, sebelum memasuki bulan Maulid atau Rabiul Awal.

Dalam sejarahnya, terdapat sejumlah peristiwa yang terjadi pada hari rabu wekasan ini.

Baca Juga: Pikat Wisatawan Asing Lewat Tradisi Ngerebeg

Menurut KH Wahyul Afif Al Ghafiki, banyak kejadian dibulan safar yang diidentikan sebagai bulan penuh bala atau marabahaya. Bahkan Nabi Muhammad SAW sempat sakit 12 hari.

"Sejarahnya di akhir Bulan Safar Rasulullah SAW jatuh sakit selama 12 hari berturut-turut. Beliau sakitnya di hari rabu terakhir Bulan Safar dan di hari ke-12 hari Senin bulan Maulid Rasulullah SAW wafat," kata KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi yang juga Sekretaris NU Kota Bandung ini.

Dalam Islam bala diyakini sebagai hal yang berbahaya mulai dari penyakit, kecelakaan, atau hal-hal lain yang merugikan.

Baca Juga: Ngejot, Tradisi Lebaran Unik di Bali

Sebagian umat Islam percaya bahwa dengan mengamalkan amalan amalan Rebo wekasan akan terhindar dari musibah dan masalah yang mengancam kita. Lalu bagaimanakah hukum rabu wekasan dalam Islam?

Menurut sebagian ulama dalam berbagai kitab pada setiap tahun di hari Rabu terakhir Bulan Safar Allah menurunkan sebanyak 320.000 macam bala. Oleh karena itu sebagian umat Islam di Indonesia mempunyai amalan yang dijadikan tradisi pada hari tersebut.

Hal ini bertujuan agar Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyelamatkan manusia dari musibah dan bala yang menimpanya.

Menurut kajian Fiqih Ahlussunnah Wal Jamaah dan madzhab Imam Syafi'i yang berkembang di masyarakat hukum tentang turunnya bala atau malapetaka pada hari rabu wekasan.

Baca Juga: Begini Keyakinan 'Kerajaan Ubur-ubur' yang Meresahkan Masyarakat Kota Serang

Dalam Kajian Fiqih dijelaskan hadits Shohih dari Abu Hurairoh R A yang artinya "Tidak ada penyakit menular, tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Shafar, tidak ada kepercayaan bahwa orang meninggal akan menjadi burung yang terbang,".

Menurut Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali, hadist ini merupakan respon bagi tradisi yang berkembang di masa jahiliyah dimana pandangan bahwa diturunkannya banyak malapetaka dan penyakit di bulan Shafar.

Halaman:

Editor: Fatihin Rere

Tags

Artikel Terkait

Terkini