NEWSmedia - rabu wekasan atau yang juga kita kenal sebagai rabu terakhir di Bulan Safar, jatuh pada hari ini rabu, 6 Oktober 2021. Tepatnya pada tanggal 28 Safar 1442 Hijriah.
Masyarakat meyakini bahwa hari ini adalah hari dimana bala banyak diturunkan. rabu wekasan adalah Rabu yang terakhir di Bulan Safar, sebelum memasuki bulan Maulid atau Rabiul Awal.
Dalam sejarahnya, terdapat sejumlah peristiwa yang terjadi pada hari rabu wekasan ini.
Baca Juga: Pikat Wisatawan Asing Lewat Tradisi Ngerebeg
Menurut KH Wahyul Afif Al Ghafiki, banyak kejadian dibulan safar yang diidentikan sebagai bulan penuh bala atau marabahaya. Bahkan Nabi Muhammad SAW sempat sakit 12 hari.
"Sejarahnya di akhir Bulan Safar Rasulullah SAW jatuh sakit selama 12 hari berturut-turut. Beliau sakitnya di hari rabu terakhir Bulan Safar dan di hari ke-12 hari Senin bulan Maulid Rasulullah SAW wafat," kata KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi yang juga Sekretaris NU Kota Bandung ini.
Dalam Islam bala diyakini sebagai hal yang berbahaya mulai dari penyakit, kecelakaan, atau hal-hal lain yang merugikan.
Baca Juga: Ngejot, Tradisi Lebaran Unik di Bali
Sebagian umat Islam percaya bahwa dengan mengamalkan amalan amalan Rebo wekasan akan terhindar dari musibah dan masalah yang mengancam kita. Lalu bagaimanakah hukum rabu wekasan dalam Islam?
Menurut sebagian ulama dalam berbagai kitab pada setiap tahun di hari Rabu terakhir Bulan Safar Allah menurunkan sebanyak 320.000 macam bala. Oleh karena itu sebagian umat Islam di Indonesia mempunyai amalan yang dijadikan tradisi pada hari tersebut.
Hal ini bertujuan agar Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyelamatkan manusia dari musibah dan bala yang menimpanya.
Menurut kajian Fiqih Ahlussunnah Wal Jamaah dan madzhab Imam Syafi'i yang berkembang di masyarakat hukum tentang turunnya bala atau malapetaka pada hari rabu wekasan.
Baca Juga: Begini Keyakinan 'Kerajaan Ubur-ubur' yang Meresahkan Masyarakat Kota Serang
Dalam Kajian Fiqih dijelaskan hadits Shohih dari Abu Hurairoh R A yang artinya "Tidak ada penyakit menular, tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Shafar, tidak ada kepercayaan bahwa orang meninggal akan menjadi burung yang terbang,".
Menurut Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali, hadist ini merupakan respon bagi tradisi yang berkembang di masa jahiliyah dimana pandangan bahwa diturunkannya banyak malapetaka dan penyakit di bulan Shafar.
Artikel Terkait
Lawan Tim Ini, Real Madrid Punya Tradisi Pesta Gol
Masjid Saka Tunggal Dengan Tradisi Tanpa Pengeras Suara dan Beduk Kanitennya
Jelang Lebaran, Ini 5 Tradisi Unik Malam Takbiran di Indonesia
Asal Mula Mudik Lebaran yang Jadi Tradisi Setiap Tahunnya di Indonesia
Tradisi Unik, Mendandani Jenazah di Tanah Toraja Setiap Tahun
Tradisi 'Woro-Woro' Jelang Pencoblosan di Pilkada Kota Tangerang
Tradisi Pencak Silat Masuk UNESCO, Masyarakat Wajib Ikut Lestarikan
Tradisi Mudik Dinilai Bisa Picu Gelombang Kedua Penularan Corona
Tradisi Langkahan, Adat Warga Serang Banten Ketika Seorang Kakak ‘Disalip’ Nikah Sang Adik
Bubur Suro, Tradisi Unik Bulan Muharam di Jiput Pandeglang, Seperti Apa Ya