Kota Tangsel Dihadapkan pada Ancaman Gizi Buruk dan Stunting, Padahal Tak Jauh dari Ibukota: Cek Penyebabnya

- Senin, 30 Januari 2023 | 10:24 WIB
Edukasi Gizi yang diselenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Maleo bersama Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) DPC Tangerang Selatan dan Komunitas Generasi Literate.  (Foto for NEWSmedia)
Edukasi Gizi yang diselenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Maleo bersama Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) DPC Tangerang Selatan dan Komunitas Generasi Literate. (Foto for NEWSmedia)

NEWSmedia – Ancaman gizi buruk dan stunting masih mengancam Kota Tangsel (Tangerang Selatan, walau kota tersebut berada di lokasi yang tak jauh dari Ibukota Jakarta.

Tak hanya resiko gizi buruk dan stunting pada anak-anak, namun remaja dan dewasa pun rentan mengalami kekurangan gizi.

Salah satunya penyebabnya adalah minimnya edukasi dan kesadaran masyarakat akan asupan makanan bergizi.

Baca Juga: Hasil Akhir Juventus vs Monza Serie A, Minggu 29 Januari 2023: Nyonya Tua Terjun Bebas, Allegri Ketar Ketir

Hal itu terungkap dalam Edukasi Gizi yang diselenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Maleo bersama Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) DPC Tangerang Selatan dan Komunitas Generasi Literate.

Kegiatan diikuti oleh seluruh siswa PKBM Maleo yang berada di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang Sebagian besar merupakan siswa dari keluarga prasejahtera.

Ketua Persagi DPC Tangerang Selatan, Ari Retno, yang hadir sebagai narasumber menyampaikan hal-hal mendasar mengenai gizi keluarga yang harus dipahami oleh masyarakat.

Baca Juga: INFO GEMPA TERKINI! Baru Saja Terjadi, Gempa Bumi Mengguncang Sulut dan Gorontalo di Waktu Beruntun

“Saat ini masyarakat di wilayah Tangerang Selatan perlu di edukasi secara terus-menerus. Kita bekerjasama dengan berbagai sektor, seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Puskesmas, hingga Posyandu untuk memberikan edukasi dan penyuluhan terkait gizi,” ujar Ari Retno.

Ari mengakui tingkat kesadaran masyarakat sangat rendah. Masyarakat juga terlihat tidak peduli akan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh keluarga. Salah satunya adalah kebiasaan pemberian kental manis untuk minuman susu anak.

“Kita perlu menginformasikan ke masyarakat bahwa susu kental manis itu lebih banyak gulanya, kandungannya mencapai 50 persen,” jelas Ari.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru PT Polymindo Permata di Tanggerang Banten: Lulusan S1 Merapat Cek Kualifikasi

Nuke Patrianegara, pegiat literasi dari komunitas Generasi Literate pada kesempatan itu menyayangkan betapa rendah dan tidak meratanya literasi masyarakat, terutama mengenai gizi.

“Masih belum menjadi kebiasaan di masyarakat kita untuk memperhatikan kandungan gizi suatu produk sebelum mengkonsumsinya,” ujar Nuke.

Menurutnya, masyarakat masih lebih mudah termakan pesan-pesan yang beredar melalui sosial media ataupun iklan. Jadi tidak heran bila hingga saat ini masih banyak balita mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu.

Halaman:

Editor: Adam Adhary Abimanyu

Tags

Artikel Terkait

Terkini