Bencana Alam Hidrometeorologi Mengintai Indonesia, Seperti Hujan Ekstrem dan Kemarau Panjang

- Kamis, 19 Agustus 2021 | 07:05 WIB
Ilustrasi - Bencana alam Hidrometeorologi (Ahmad Hipni/ NEWSmedia)
Ilustrasi - Bencana alam Hidrometeorologi (Ahmad Hipni/ NEWSmedia)

NEWSmedia – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa bencana alam Hidrometeorologi sedang menjadi pembahasan dunia.

Permasalahan bencana alam yang sedang dihadapi masyarakat global ke depannya adalah mengenai perubahan iklim yang akan terjadi.

Bahkan, berdasarkan pembahasan tersebut, bencana alam yang akan dihadapi kedepan sungguh sangat mengerikan.

Baca Juga: Syarat Terbaru Penerbangan dan Perjalanan Dalam Negeri Setelah PPKM Diperpanjang Sampai 23 Agustus

Sedangkan, kajian perubahan Iklim oleh BMKG untuk Indonesia menunjukkan prediksi meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam Hidrometeorologi.

Pengertian bencana alam Hidrometeorologi adalah peristiwa bencana alam yang dipicu oleh iklim dengan berbagai parameternya, seperti badai tropis, hujan ekstrem, dan kemarau panjang hingga mencairnya es di Gunung Jaya Wijaya, Papua.

“Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim sudah mendesak harus dilakukan segera untuk mencegah risiko dan kerugian yang lebih besar,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dikutip NEWSmedia dari laman resmi BMKG pada Kamis, 19 Agustus 2021.

Baca Juga: Cara Merubah TV Analog ke TV Digital, Mudah dan Gak Perlu Beli Televisi Baru

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrim pada periode pancaroba (hujan secara sporadis, lebat dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es).

Sebab, hal ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.

“Kita harus membangun persepsi bersama bahwa perubahan iklim ini adalah sebuah kerisauan dan ancaman bersama yang juga harus dimitigasi bersama-sama, karena dampaknya tidak mengenal batas administrasi. Masyarakat juga harus dilibatkan, tidak hanya pemerintah," ujarnya.

Baca Juga: Presiden Afganistan Asraf Ghani Melarikan Diri, Wapres Amrullah Saleh Deklarasi Sebagai Pengganti

Ia juga mengungkapkan sejumlah fakta yang dirilis oleh World Meteorological Organization (WMO), di mana suhu bumi pada tahun 2020 menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat meski terjadi La Nina.

Selain itu, temperatur rata-rata global permukaan bumi saat ini sudah mencapai 1,2 derajat celcius, lebih tinggi dari pada tahun 1850-an.

Di Indonesia, lanjut Dwikorita, berdasarkan pengamatan BMKG, tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua dalam catatan.

Halaman:

Editor: Ahmad Hipni

Sumber: BMKG

Tags

Artikel Terkait

Terkini